Pekalongan Kota Batik. Begitulah benak pikiran khalayak
ketika mendengar nama kota ini. Apa yang terpintas dalam pikiran mereka adalah
kota ini memiliki segudang seni dan motif batik. Bahkan sebelum mereka
mengetahui bagaimana ciri, motif, dan kualitas dari Batik Pekalongan itu
sendiri, banyak diantara mereka yang langsung mengklaim bahwa Batik Pekalongan
merupakan batik yang bagus.
Begitu besarnya kekuatan merek atau yang sering disebut
sebagai brand equity terhadap batik,
sampai sampai nama Pekalongan diabadikan sebagai pembukaan lirik dari salah
satu grup band fenomenal, Slank. “Kota Batik di Pekalongan, bukan Jogja eh
bukan Solo…” menjadi sebuah pembukaan lagu Sosial Betawi Yoi dari Slank. Entah
sadar atau tidak, mungkin akan terbesit pertanyaan, kenapa justru Pekalongan
yang notabene kota yang tidak terlalu memegang teguh Budaya Jawa? Kenapa bukan
Jogjakarta atau Solo yang masih kental dengan Budaya Jawanya?
Banyak yang tidak tahu letak administrative dari kota ini,
terletak di Jawa Tengah atau Jawa Barat? Meskipun konon kota ini menjadi titik
nol (mylpaal) sebagai poros tengah
Pulau Jawa. Bahkan beberapa orang percaya bahwa di Pekalongan terdapat kraton
kasunanan layaknya Jogjakarta, Solo dan Cirebon.
Nampaknya kebesaran nama Pekalongan hanya mengacu pada batik
saja sehingga banyak orang yang tidak mengetahui sisi lain dari kota ini yang
terbagi ke dalam dua bagian pemerintahan, Kabupaten dan Kota. Rendahnya tingkat
publikasi dan literasi menjadi bagian penyebab terkuburnya sisi lain dari
Pekalongan.
Oleh karena itu, tim pekalonganisme.com mencoba untuk ikut
serta dalam mendukung publikasi dan literasi Pekalongan dari berbagai macam
sisi dan sudut pandang, serta mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam
mengabadikan kekayaan alam, social, seni, dan budaya di Pekalongan sehingga apa
yang ada maupun pernah ada dapat terekam untuk kita wariskan kepada anak cucu
kita semua.
Literasi dan budaya harus diwariskan agar anak-cucu kuta tidak kehilangan identitas - Alek Assail.
Salam,
Pekalonganisme