May 2014 - Pekalonganisme

24 May 2014

Kang Harjo: Budidaya Jamur itu, sangat menjanjikan

7:18 PM
Kang Harjo: Budidaya Jamur itu, sangat menjanjikan
Suharjo, pembudidaya jamur di Doro
Pekalongan, Pekalonganisme.com - Mendengar kata jamur, pasti sejenak yang terbayang dalam kepala kita ialah hal yang kadaluarsa maupun menjijikan. Namun ada satu jenis jamur yang justru banyak dicari dan disukai, bahkan banyak beberapa orang menjadikannya sebagai makanan favorit, yaitu Jamur Tiram. Walaupun banyak jenis yang bisa dikonsumsi, seperti Jamur kuping, Jamur Kancing, jamur Merang, dan lainnya, jamur tiram lebih banyak diminati, karena memang jamur jenis ini lebih gampang diolah menjadi masakan, baik sebagai bahan pendukung sebuah masakan maupun bahan pokok masakan itu sendiri.
Diberbagai kota, banyak restoran dan warung makan yang menyajikan jamur sebagai pilihan menu masakan, bahkan ada beberapa restoran yang khusus menyajikan menu hanya berbagai masakan jamur, seperti restoran Jejamuran di yogyakarta dan lain sebagainya. Banyak pula produk olahan jamur seperti Kripik jamur, Nuget jamur, Abon jamur, dan puluhan produk olahan lainnya. Jamur pangan pun sudah diakui kandungan gizinya dan disarankan dikonsumsi untuk kesehatan tubuh oleh berbagai lembaga pangan gizi baik nasional maupun internasional. Seperti jamur tiram, kandungan gizinya meliputi protein, vitamin, karbohidrat, mineral, asam amino, dan lainnya.
Dahulu, jamur tiram banyak didapatkan dari kayu-kayu lapuk yang ditumbuhinya secara alamiah dihutan pegunungan, namun kira-kira sejak tahun 1980-an, beberapa petani sudah membudidayakannya. Dinas pertanian dan yang terkait pun kemudian rutin mengadakan pelatihan budidaya jamur pangan hingga saat ini. Hal ini dilakukan karena melihat permintaan pasar yang sangat banyak untuk jenis sayuran ini, baik pasar domestik maupun eksport.
Di Pekalongan, jamur masih jarang dilirik sebagai potensi usaha, padahal budidaya  jamur bisa dikatakan cukup menjajikan. Ini bisa dilihat dari permintaan pasar lokal Pekalongan untuk jenis sayuran ini (jamur), belum bisa terpenuhi oleh pasokan dari para pembudidaya yang sudah ada. Sebagai contoh, pasar Kajen membutuhkan jamur jenis tiram setiap harinya sekitar 300kg per hari, namun pem-budidaya disekitar pasar pasar Kajen(Doro, karanganyar, Kandangserang) hanya mampu memenuhi  setengahnya. Untuk pasar lokal saja masih kurang, apalagi untuk luar daerah? 
baglog siap jual
Hal tersebut diakui oleh Suharjo, yang membudidayakan jamur khususnya jamur Tiram sejak tahun 2010 di rumahnya Desa Lemah Abang kecamatan Doro. Omzet perbulan budidaya jamurnya mencapai sekitar 25-30 juta, dengan laba bersih sekitar 6 juta per-bulan. Menurut kang Harjo, sapaan akrab pemuda yang masih lajang ini, usaha budidaya jamur yang dirintisnya dengan modal dua juta rupiah itu, seringkali kewalahan memenuhi pemintaan pasar, walaupun sekarang sudah mempunyai 3 karyawan yang membantu.
Kang Harjo selama satu bulan bisa memproduksi sekitar 6000 baglog jamur(bibit jamur tiram), 2000 dari itu dia jual dalam bentuk baglog(bibit), sedang yang 4000 untuk dipanen sendiri. Dari 4000 baglog itu, setiap harinya kang Harjo bisa memanen 25-30kg jamur tiram yang ia bagi untuk disetor ke pasar Doro dan pasar Kajen. Dia pun sering diminta oleh pedagang pasar untuk menambah pasokan jamurnya, karena permintaan konsumen di pasar selalu banyak. Namun karena keterbatasan lahan untuk pembudidayaan, Kang Harjo tak bisa memenuhi banyaknya permintaan jamur tiram yang ia jual 10ribu per kilo itu.
Kepada tim pekalonganisme.com, Suharjo yang mengawali usahanya dari ikut pelatihan budidaya jamur yang diadakan dinas pertanian Kabupaten Pekalongan dan beberapa dinas terkait, menyatakan sangat terbuka dan senang sekali jika ada orang yang tertarik untuk usaha budidaya jamur. Ia pun siap berbagi pengalaman kepada siapapun yang datang kepadanya untuk belajar bersama budidaya jamur. Ia juga memaparkan, Budidaya jamur merupakan usaha rumahan yang tidak terlalu memakan waktu kerja, oleh daripada itu usaha ini sangatt cocok untuk usaha sampingan yang menguntungkan.

  Kamalul Huda

20 May 2014

Pekalongan Trip: Watu Ireng, antara mistis dan eksotis

10:00 PM
Pekalongan Trip: Watu Ireng, antara mistis dan eksotis
Bukit Watu Ireng bagian utara 
Pekalongan, Pekalonganisme.com - Sebagian dari anda, pasti sudah pernah mendengar bukit ‘Ayers Rock’ di Australia, sebuah bukit batu monolith yang konon terbesar di dunia. Atau Bukit ‘Kelam’ yang berada dikota Sintang, Kalimantan Barat yang konon juga dikatakan sebagai batu monolit terbesar di dunia, Monolit ialah batu tunggal yang berukuran besar. Ternyata Jenis batu ini juga ada di Pekalongan, masyarakat sekitar bukit batu ini, menamainya dengan Watu Ireng (Batu Hitam). 
Bukit Watu Ireng terletak di desa Lambur, Kandang serang, Sebuah daerah perbukitan lereng Rogojembangan. Daerah ini terletak sekitar 20 Kilometer dari Kajen—ibu kota Kabupaten Pekalongan. Bukit Watu ireng ini lumayan luas, kira-kira sekitar 2 hektar lebih, dan ketinggiannya memungkinkan hamparan perkebunan dan hutan hijau Pekalongan bagian selatan akan terlihat jelas oleh pandangan mata. Seperti batu monolith lainnya, bukit seluas dua hektar ini terdiri dari batu tunggal yang padat, batunya berwarna hitam dan sangat keras. Dan yang menarik di beberapa bagian atas bukit batu, ada tanah yang ditumbuhi rerumputan dan semak belukar yang ketika dihentak kaki, tanah tersebut berbunyi dung-dung seperti bunyi Gong.
Bukit Watu Ireng(Hitam dan Keras)
Seperti pada bukit-bukit monolith lainnya, Tak ada yang tau pasti, kapan dan bagaimana, proses terbentuknya bukit batu Watu Ireng ini. Ada yang menebak kalau Batu Monolit itu Meteor yang jatuh ke Bumi pada ribuan tahun yang lalu, ada pula yang memprediksi bahwa Batu Monolit ialah identik dan menjadi peninggalan zaman batu (Megalitikum). Bagaimanapun, batu tunggal yang berukuran besar, bahkan sampai hektar-an hingga menjadi seperti bukit akan memancing orang untuk bertanya-tanya keheranan, bagaimana ada batu hingga sebesar itu?
Watu Ireng menjadi fenomena alam yang misterius, ada beberapa cerita rakyat dari masyarakat sekitar berkaitan dengan bukit ini. Salah satunya menceritakan tentang Gua dengan mulut (pintu) nya yang sangat sempit yang terdapat Dibagian atas puncak bukit Watu Ireng. Konon menurut cerita masyarakat sekitar, Gua ini menghubungkan sampai ke bagian dalam bawah (dasar) bukit  batu ini, dan didalam gua ini tersimpan satu set gamelan dan beberapa gaman. Namun, konon hanya orang-orang tertentu (yang Di ridhoi) yang bisa masuk kedalam gua ini. Dikatakan pula, gua ini dulu menjadi tempat persembunyian para pejuang dalam melawan penjajah. Pada hari dan malam-malam tertentu, biasanya ada beberapa orang yang bersemedi atau bertapa di bukit Watu ireng ini.
salahsatu sudut puncak
Pada waktu hari-hari libur, tempat ini lumayan ramai dikunjungi masyarakat sekitar Pekalongan bahkan luar kota, biasanya orang-orang datang untuk memenuhi rasa penasaran menyaksikan batu sebesar dua hektar lebih ini. Disisi lain, ketika berada dipuncak bukit batu ini, pemandangan alam Kandangserang akan memanjakan mata. Dari atas bukit, sejauh mata kita memandang, akan terlihat hamparan hutan, perkebunan pinus, karet, dan persawahan yang hijau. Pada waktu pagi dan sore, puncak bukit ini pun cocok untuk tempat menyaksikan indahnya matahari terbit dan tenggelam di perbukitan Rogojembangan.
Akses jalan untuk menuju bukit Watu Ireng ini sudah lumayan bagus, anda akan melewati jalan yang disamping kanan dan kirinya terhampar persawahan yang hijau, kerindangan hutan Pinus dan perkampungan warga yang ramah. Pada tahun 2014 ini, pemerintah Kabupaten Pekalongan menyokong anggaran dana untuk merevitalisasi objek ini menjadi tujuan wisata andalan Kabupaten Pekalongan. Bagi anda yang berminat untuk mengunjungi bukit ini, kami sarankan untuk menyiapkan fisik, batin, pikiran, dan pastinya Kamera untuk mengabadikan moment anda dibukit tersebut.

Kamalul Huda

10 May 2014

Tjoet Nja' Dhien; Berterang-terang Dalam Gelap, Bergelap-gelap Dalam Terang

11:53 PM
Tjoet Nja' Dhien; Berterang-terang Dalam Gelap, Bergelap-gelap Dalam Terang

Tjoet Nja' Dhien dan Pedagang Senjata Belanda 
Pekalongan, Pekalonganisme.com - Pahlawan bangsa Indonesia dari Aceh ini, sangat terkenal kegigihannya dalam melawan penjajah, perannya dalam melawan penjajah (kape-kape belanda) digambarkan apik oleh Eros Djarot (Sutradara) dalam produksi film perdana nya yang berjudul Tjoet Nja’ Dhien, dirilis tahun 1989.Perang gerliya Aceh berlangsung selama bertahun-tahun dari pertengahan abad 19 sampai awal kemerdekaan Indonesia.

Nja’ Dhien yang diperankan oleh Christine Hakim (Artis Senior yang punya talenta brilian), merupakan Istri Teuku Umar (Slamet Raharjo Djarot) pemimpin pasukan rakyat aceh, istri yang sekaligus penasehat dalam mengatur strategi perang, ibu yang mendidik dengan kasih sayang, serta pengayom kehidupan sosial maupun agama rakyat Aceh. Beliaupun dengan penuh keyakinan tak ragu memimpin pasukan rakyat aceh meneruskan peran suaminya yang gugur terlebih dulu dalam pertempuran.

Terbunuhnya teuku umar oleh Belanda bukan lantas meredupkan perlawanan rakyat Aceh, dalam kepemimpinan istri Teuku Umar, Nja’ Dhien, Belanda malah semakin kebingungan dan kalangkabut menghadapi perlawanan-perlawanan rakyat Aceh dengan berbagai strategi yang tak disangka-sangka pasukan belanda. Eros Djarot dalam film ini menggambarkan kelihaian mengatur strategi,  berdiplomasi, ketelitian dan kewaspadaan menyikapi segala hal yang melekat pada tokoh utamanya Tjoet Nja’ Dhien.

Nja’ Dhien dengan kepiawaiannya menjadi pemimpin, mengarahkan dan memberi pertimbangan kepada panglima pasukan Aceh, Pang Laot (Pietradjaja Burnama), dalam mengatur penyerangan ke pangkalan tentara Belanda, mencari tempat aman, dan memanagemen logistik untuk pasukan rakyat aceh. Kelihaian diplomasi juga diperlihatkan ketika Nja’ Dhien berdiplomasi dengan Habib Meulaboh (Rosihan Anwar) dan Teuku Djalil (Teuku Djalil), kemudian mengumpulkan logistik dan sokongan dana dari berbagai daerah di Aceh. Terjun lansung di lapangan dan strategi penyamaran Nja’ Dhien pun tak diragukan ketika melewati tentara belanda saat akan membeli senjata perang dari pedagang belanda, proses tawar menawar senjata dengan pedagang belanda pun diwanai dengan gaya percakapan diplomasi yang khas. Inilah yang dimaksud dari perkataan Nja’ Dhien kepada Pang Laot yang terheran-heran, “berterang-terang dalam gelap, bergelap-bergelap dalam terang”.

Eros Djarot pun mempertajam jalannya cerita perlawanan rakyat aceh dengan mengungkapkan beberapa pengkhianat rakyat Aceh, yang termakan tipu rayu dan bersekongkol dengan Belanda, seperti Teuku Leubeh (Muhammad Amin) yang bersekongkol dengan Jendral Van Heutz (Van Den Hoek) dan Kapiten Veltman (Rudi Wowor). Dalam akhir film, penangkapan Nja’ Dhien oleh Belanda, juga tidak terlepas dari Pang Laot yang diposisi dilematis antara iba ingin menyelamatkan Nja’ Dhien dan menghianati Nja’ Dhien dengan memberitahukan tempat persembunyian Nja’ Dhien beserta pengikutnya kepada Kapiten Van Heutz.

Yang menarik lagi, dimunculkan juga tokoh penyair (Ibrahim Kadir) pintar plus lucu dengan tentengan terbangnya, yang mewarnai kehidupan pasukan rakyat Aceh dan memperdengarkan syair-syair khas Aceh penggugah semangat, seperti “wahai putra negeri, perang suci memanggil kita, mengertilah bahwa jihad wajib bagi kita, pertama syahadat, dua sembahyang, tiga perang melawan belanda!!”. Ucapan-ucapan nya juga menarik seperti ketika berdialog dengan pang laot,  ‘...akan tetapi dengan syair-syairku, akan membuat kape-kape Belanda lari tunggang langgang hengkang dari Aceh..’. Dan juga ketika menyanjung Nja’ Dhien, ‘..engkau sungguh luar biasa, kau meraba sesuatu dengan rasa, melihat dengan pikiran, melangkah dengan keyakinan...’.

Dalam salah satu scene, ditampilkan ketika Jendral Van Heutz menerima telpon dari istrinya di Kutaraja yang menyuruhnya pulang dan menagih janjinya untuk mengajak bermain Bridge. Lantas Van Heutz berucap menasehati anak buahnya, ‘..kelak ketika kau jadi jendral, jangan kau nikahi wanita, karena wanita hanya bikin pusing!!...’. Eros Djarot seakan ingin mengajak penonton untuk memahami dan memperbandingkan, terkait pandangan seorang belanda terhadap wanita dan perilaku karakter wanita belanda nya sendiri dengan wanita nusantara yang diangkat dalam filmnya—Nja’ Dhien. Nja’ Dhien yang bijaksana, kuat, dan mampu memimpin berguna dalam relung kehidupan keluarga maupun masyarakat apa sesuai dengan pandangan Jendral Van Heutz? Bagaimana pula perbedaan wanita Belanda dengan Wanita Nusantara?. Eros pun menggambarkan kerjasama-kerjasama solid antar wanita dan lelaki didalam pasukan rakyat Aceh. seperti yang wanita menyiapkan logistik (memasak makanan dan sebagainya), yang lelaki mencari bahan logistik.   

Film ini sangat menarik, karya anak bangsa indonesia yang memuat satu proses kehidupan  dan perjuangan rakyat Aceh dalam mempertahankan kedaulatan tanahnya, negerinya, dan kehormatannya dari kolonialisasi yang tak beradab. Memperingatkan pada kita bahwa semua orang bisa berperan penting dalam kehidupan masyarakat baik laki-laki maupun wanita. Menimbang tahun pembuatannya, teknik cinematografi film ini cukup memuaskan apalagi untuk film produksi perdana. Penggambaran adegan Scene demi scene sangat runtut dan mudah  dipahami, mulai dari persiapan perlawanan, mengatur strategi, ketegangan pertempuran saat berlansung dan scene lain yang mendukung penguatan cerita. Yang menarik lagi, dialog-dialog dalam film ini sarat simbol dan makna yang dalam sangat sayang untuk dilewatkan. Tak salah kalau film ini sangat disarankan untuk ditonton oleh semua kalangan. Aceh punya Tjoet Nja’ Dhien, Pekalongan Punya Siti ambariyah, Indonesia punya wanita nusantara.

Selamat Menonton bagi yang belum menonton, dan yang akan menonton kesekian kalinya.
Mari menulis, salam pekalonganisme..
Alivia Dita P 

07 May 2014

ASWAJA BOOK FAIR PEKALONGAN 2014

10:28 PM
ASWAJA BOOK FAIR PEKALONGAN 2014
PEKALONGAN, Pekalonganisme.com - PCNU Kota Pekalongan Kembali mengadakan sebuah acara dalam rangka menyambut Hari Lahir Nahdhatul Ulama (Harlah NU) yang ke-91 dalam rangkaian acara ASWAJA BOOK FAIR 2014. Pameran buku ini akan menghadirkan buku-buku karangan Warga Nahdliyyin yang diteritkan oleh penerbit berkualitas untuk menambah khazanah Warga Pekalongan dan sekitarnya.

Acara yang akan diselenggarakan mulai tanggal 19 hingga 25 Mei 2014 di Gedung ASWAJA ini juga akan dimeriahkan dengan berbagai seminar, lomba, stand-up commedy dan pentas seni dan budaya.

Selain itu, untuk memeriahkan acara, penitia Harlah NU juga menyiapkan berbagai acara penunjang yang lain seperti pengobatan gratis, pameran buku, pemutaran film Sang Kyai, Halaqoh Budaya, Upgrading Guru NU serta Haul Masayech NU seperti yang diutarakan H. Kasiman Mahmud selaku ketua panitia Hari Lahir NU ke-91 (dalam radarpekalonganonline.com).

Disamping acara diatas, terdapat acara langka yaitu Open Show lukisan dari Hadrotusyaikh KH. Hasyim Asy'ari oleh Bang Heri yang layak ditunggu dan disaksikan oleh Warga Nahdliyyin Pekalongan.