Kang Harjo: Budidaya Jamur itu, sangat menjanjikan - Pekalonganisme

24 May 2014

Kang Harjo: Budidaya Jamur itu, sangat menjanjikan

Suharjo, pembudidaya jamur di Doro
Pekalongan, Pekalonganisme.com - Mendengar kata jamur, pasti sejenak yang terbayang dalam kepala kita ialah hal yang kadaluarsa maupun menjijikan. Namun ada satu jenis jamur yang justru banyak dicari dan disukai, bahkan banyak beberapa orang menjadikannya sebagai makanan favorit, yaitu Jamur Tiram. Walaupun banyak jenis yang bisa dikonsumsi, seperti Jamur kuping, Jamur Kancing, jamur Merang, dan lainnya, jamur tiram lebih banyak diminati, karena memang jamur jenis ini lebih gampang diolah menjadi masakan, baik sebagai bahan pendukung sebuah masakan maupun bahan pokok masakan itu sendiri.
Diberbagai kota, banyak restoran dan warung makan yang menyajikan jamur sebagai pilihan menu masakan, bahkan ada beberapa restoran yang khusus menyajikan menu hanya berbagai masakan jamur, seperti restoran Jejamuran di yogyakarta dan lain sebagainya. Banyak pula produk olahan jamur seperti Kripik jamur, Nuget jamur, Abon jamur, dan puluhan produk olahan lainnya. Jamur pangan pun sudah diakui kandungan gizinya dan disarankan dikonsumsi untuk kesehatan tubuh oleh berbagai lembaga pangan gizi baik nasional maupun internasional. Seperti jamur tiram, kandungan gizinya meliputi protein, vitamin, karbohidrat, mineral, asam amino, dan lainnya.
Dahulu, jamur tiram banyak didapatkan dari kayu-kayu lapuk yang ditumbuhinya secara alamiah dihutan pegunungan, namun kira-kira sejak tahun 1980-an, beberapa petani sudah membudidayakannya. Dinas pertanian dan yang terkait pun kemudian rutin mengadakan pelatihan budidaya jamur pangan hingga saat ini. Hal ini dilakukan karena melihat permintaan pasar yang sangat banyak untuk jenis sayuran ini, baik pasar domestik maupun eksport.
Di Pekalongan, jamur masih jarang dilirik sebagai potensi usaha, padahal budidaya  jamur bisa dikatakan cukup menjajikan. Ini bisa dilihat dari permintaan pasar lokal Pekalongan untuk jenis sayuran ini (jamur), belum bisa terpenuhi oleh pasokan dari para pembudidaya yang sudah ada. Sebagai contoh, pasar Kajen membutuhkan jamur jenis tiram setiap harinya sekitar 300kg per hari, namun pem-budidaya disekitar pasar pasar Kajen(Doro, karanganyar, Kandangserang) hanya mampu memenuhi  setengahnya. Untuk pasar lokal saja masih kurang, apalagi untuk luar daerah? 
baglog siap jual
Hal tersebut diakui oleh Suharjo, yang membudidayakan jamur khususnya jamur Tiram sejak tahun 2010 di rumahnya Desa Lemah Abang kecamatan Doro. Omzet perbulan budidaya jamurnya mencapai sekitar 25-30 juta, dengan laba bersih sekitar 6 juta per-bulan. Menurut kang Harjo, sapaan akrab pemuda yang masih lajang ini, usaha budidaya jamur yang dirintisnya dengan modal dua juta rupiah itu, seringkali kewalahan memenuhi pemintaan pasar, walaupun sekarang sudah mempunyai 3 karyawan yang membantu.
Kang Harjo selama satu bulan bisa memproduksi sekitar 6000 baglog jamur(bibit jamur tiram), 2000 dari itu dia jual dalam bentuk baglog(bibit), sedang yang 4000 untuk dipanen sendiri. Dari 4000 baglog itu, setiap harinya kang Harjo bisa memanen 25-30kg jamur tiram yang ia bagi untuk disetor ke pasar Doro dan pasar Kajen. Dia pun sering diminta oleh pedagang pasar untuk menambah pasokan jamurnya, karena permintaan konsumen di pasar selalu banyak. Namun karena keterbatasan lahan untuk pembudidayaan, Kang Harjo tak bisa memenuhi banyaknya permintaan jamur tiram yang ia jual 10ribu per kilo itu.
Kepada tim pekalonganisme.com, Suharjo yang mengawali usahanya dari ikut pelatihan budidaya jamur yang diadakan dinas pertanian Kabupaten Pekalongan dan beberapa dinas terkait, menyatakan sangat terbuka dan senang sekali jika ada orang yang tertarik untuk usaha budidaya jamur. Ia pun siap berbagi pengalaman kepada siapapun yang datang kepadanya untuk belajar bersama budidaya jamur. Ia juga memaparkan, Budidaya jamur merupakan usaha rumahan yang tidak terlalu memakan waktu kerja, oleh daripada itu usaha ini sangatt cocok untuk usaha sampingan yang menguntungkan.

  Kamalul Huda