![]() |
Suharjo, pembudidaya jamur di Doro |
Diberbagai
kota, banyak restoran dan warung makan yang menyajikan jamur sebagai pilihan
menu masakan, bahkan ada beberapa restoran yang khusus menyajikan menu hanya berbagai
masakan jamur, seperti restoran Jejamuran
di yogyakarta dan lain sebagainya. Banyak pula produk olahan jamur seperti
Kripik jamur, Nuget jamur, Abon jamur, dan puluhan produk olahan lainnya. Jamur
pangan pun sudah diakui kandungan gizinya dan disarankan dikonsumsi untuk
kesehatan tubuh oleh berbagai lembaga pangan gizi baik nasional maupun
internasional. Seperti jamur tiram, kandungan gizinya meliputi protein,
vitamin, karbohidrat, mineral, asam amino, dan lainnya.
Dahulu, jamur tiram
banyak didapatkan dari kayu-kayu lapuk yang ditumbuhinya secara alamiah dihutan
pegunungan, namun kira-kira sejak tahun 1980-an, beberapa petani sudah
membudidayakannya. Dinas pertanian dan yang terkait pun kemudian rutin
mengadakan pelatihan budidaya jamur pangan hingga saat ini. Hal ini dilakukan
karena melihat permintaan pasar yang sangat banyak untuk jenis sayuran ini,
baik pasar domestik maupun eksport.
Di Pekalongan,
jamur masih jarang dilirik sebagai potensi usaha, padahal budidaya jamur bisa dikatakan cukup menjajikan. Ini
bisa dilihat dari permintaan pasar lokal Pekalongan untuk jenis sayuran ini
(jamur), belum bisa terpenuhi oleh pasokan dari para pembudidaya yang sudah
ada. Sebagai contoh, pasar Kajen membutuhkan jamur jenis tiram setiap harinya
sekitar 300kg per hari, namun pem-budidaya disekitar pasar pasar Kajen(Doro,
karanganyar, Kandangserang) hanya mampu memenuhi setengahnya. Untuk pasar lokal saja masih
kurang, apalagi untuk luar daerah?
![]() |
baglog siap jual |
Hal tersebut
diakui oleh Suharjo, yang membudidayakan jamur khususnya jamur Tiram sejak
tahun 2010 di rumahnya Desa Lemah Abang kecamatan Doro. Omzet perbulan budidaya
jamurnya mencapai sekitar 25-30 juta, dengan laba bersih sekitar 6 juta
per-bulan. Menurut kang Harjo, sapaan akrab pemuda yang masih lajang ini, usaha
budidaya jamur yang dirintisnya dengan modal dua juta rupiah itu, seringkali
kewalahan memenuhi pemintaan pasar, walaupun sekarang sudah mempunyai 3
karyawan yang membantu.
Kang Harjo
selama satu bulan bisa memproduksi sekitar 6000 baglog jamur(bibit jamur
tiram), 2000 dari itu dia jual dalam bentuk baglog(bibit), sedang yang 4000
untuk dipanen sendiri. Dari 4000 baglog itu, setiap harinya kang Harjo bisa
memanen 25-30kg jamur tiram yang ia bagi untuk disetor ke pasar Doro dan pasar
Kajen. Dia pun sering diminta oleh pedagang pasar untuk menambah pasokan
jamurnya, karena permintaan konsumen di pasar selalu banyak. Namun karena
keterbatasan lahan untuk pembudidayaan, Kang Harjo tak bisa memenuhi banyaknya
permintaan jamur tiram yang ia jual 10ribu per kilo itu.
Kepada tim
pekalonganisme.com, Suharjo yang mengawali usahanya dari ikut pelatihan
budidaya jamur yang diadakan dinas pertanian Kabupaten Pekalongan dan beberapa
dinas terkait, menyatakan sangat terbuka dan senang sekali jika ada orang yang
tertarik untuk usaha budidaya jamur. Ia pun siap berbagi pengalaman kepada
siapapun yang datang kepadanya untuk belajar bersama budidaya jamur. Ia juga
memaparkan, Budidaya jamur merupakan usaha rumahan yang tidak terlalu memakan
waktu kerja, oleh daripada itu usaha ini sangatt cocok untuk usaha sampingan yang
menguntungkan.
Kamalul Huda