Hoegeng Imam Santoso, Kapolri Asli Pekalongan - Pekalonganisme

14 November 2014

Hoegeng Imam Santoso, Kapolri Asli Pekalongan

Pekalongan, Pekalonganisme.com - Hoegeng Imam Santoso lahir di Pekalongan tanggal 14 Oktober 1921 merupakan putra sulung dari pasangan Soekario Kario Hatmodjo dan Oemi Kalsoem. Berasal dari keluarga Priyayi namun Hoegeng kecil sama sekali tidak menunjukkan kesombongan serta tidak mempermasalahkan status ningrat atau tidaknya seseorang dalam memilih teman bergaul. Hoegeng kecil diwarnai dengan kehidupan sederhana karena ayah Hoegeng tidak memiliki rumah dan tanah pribadi sehingga mengharuskannya selalu berpindah-pindah rumah kontrakan.
Hoegeng mengenyam pendidikan dasarnya pada usia enam tahun pada tahun 1927 di Hollandsch Inlandsche School (HIS). Tamat dari HIS pada tahun 1934, melanjutkan pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) tahun 1934 hingga 1937, yaitu pendidikan menengah setingkat SMP di Pekalongan. Hoegeng pindah ke Yogyakarta setelah menuntaskan pendidikan di MULO dan melanjutkan pendidikan setingkat SMA-nya di Algemeene Middlebare School (AMS).
Tahun 1940, Hoegeng memilih melanjutkan kuliahnya di Recht Hoge School (RHS) di Batavia. Tahun 1950, Hoegeng mengikuti Kursus Orientasi di Provost Marshal General School pada Military Police School Port Gordon, George, Amerika Serikat. Dari situ, dia menjabat Kepala DPKN Kantor Polisi Jawa Timur di Surabaya (1952). Lalu menjadi Kepala Bagian Reserse Kriminil Kantor Polisi Sumatera Utara (1956) di Medan. Tahun 1959, mengikuti pendidikan Pendidikan Brimob dan menjadi seorang Staf Direktorat II Mabes Kepolisian Negara (1960), Kepala Jawatan Imigrasi (1960), Menteri luran Negara (1965), dan menjadi Menteri Sekretaris Kabinet Inti tahun 1966. Setelah Hoegeng pindah ke markas Kepolisian Negara kariernya terus menanjak. Di situ, dia menjabat Deputi Operasi Pangak (1966), dan Deputi Men/Pangak Urusan Operasi juga masih dalam 1966. Terakhir, pada 5 Mei 1968, Hoegeng diangkat menjadi Kepala Kepolisian Negara (tahun 1969, namanya kemudian berubah menjadi Kapolri), menggantikan Soetjipto Joedodihardjo.

Beberapa fokus kebjakan yang diterapkan oleh Hoegeng dalam kepemimpinanya adalah pertama, Hoegeng melakukan pembenahan beberapa bidang yang menyangkut Struktur Organisasi di tingkat Mabes Polri. Hasilnya, struktur yang baru lebih terkesan lebih dinamis dan komunikatif. Kedua, adalah soal perubahan nama pimpinan polisi dan markas besarnya. Berdasarkan Keppres No.52 Tahun 1969, sebutan Panglima Angkatan Kepolisian RI (Pangak) diubah menjadi Kepala Kepolisian RI (Kapolri). Dengan begitu, nama Markas Besar Angkatan Kepolisian pun berubah menjadi Markas Besar Kepolisian (Mabak).

Perubahan itu membawa sejumlah konsekuensi untuk beberapa instansi yang berada di Kapolri. Misalnya, sebutan Panglima Daerah Kepolisian (Pangdak) menjadi Kepala Daerah Kepolisian RI atau Kadapol. Demikian pula sebutan Seskoak menjadi Seskopol. Di bawah kepemimpinan Hoegeng peran serta Polri dalam peta organisasi Polisi Internasional, International Criminal Police Organization (ICPO), semakin aktif. Hal itu ditandai dengan dibukanya Sekretariat National Central Bureau (NCB) Interpol di Jakarta.